Ahmad Muhli Junaidi

Perkenalkan, saya guru sejarah di SMA 3 Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep, Madura. Senang menulis dalam segala tema kehidupan sejak bangku SD. Semakin suka menuli...

Selengkapnya
Navigasi Web
BELAJAR KAYA DARI SI PENJUAL KAYU
SYA'RONI SI PENJUAL KAYU

BELAJAR KAYA DARI SI PENJUAL KAYU

Sabtu (7/12/19) saya bersama saudara pergi ke dusun Kapong, Sotaber, Pasean, Pamekasan. Kegunaannya, beli kayu untuk rumah yang saya bangun.

Sya'rani, pemilik toko UD. Nuri Sukses, adalah alumnus Pondok Pesantren Banyuanyar, Pamekasan. Beliau mondok selama 7 tahun, dan saat ini masih berumur 35 tahun.

Hal yang perlu pembaca ketahui kisah ini adalah awal ia, bermula dari orang yang tidak punya. Tahun 2012, selepas pulang dari masa pengabdian di Jember dan menikah, ia mendirikan toko kscil-kecilan di dusunnya. Toko itu berisi air kemasan produk Banyuanyar, Nouri, dan belasan tabung gas 5 kg. Pendapatan bersih tiap hari rata-rata 25.000 rupiah.

Karena pendapatan yang kecil itu, ia suwon ke Lora Bakir, salah satu pengasuhnya di Banyuanyar. Oleh sang kiai, ia dititipi uang Rp 100.000.000,- untuk membuka toko khusus jual kayu. Satu bulan kemudian, Roni, demikian biasa dilanggil, datang kembali ke dhalem Lora Bakir dengan membawa uang 100 juta dan hasilnya sebesar Rp 5.000.000,-. Lora bilang, "Kok cepat kamu membawa hasil, Ron?". Ia jawab, "Saya mementingkan pelanggan daripada hasil, kiai."

Beberapa minggu dari kunjungan ke Lora Bakir tersebut, ia mendapat kepercayaan daru Kopontren PP Banyuanyar dengan memberikan modal sebesar Rp 500.000.000,-. Kemungkinan, Kopontren mendapat kabar dari Lora Bakir bahwa ia seorang alumni yang dapat menjalankan usaha ma diri.

Dari uang 500 juta itulah, ia kembangkan usaha kayu hingga kini. Saat ini, usaha bersama Kopontren itu telah mencapai hasil tiap hari sebesar Rp 15.000.000,-.

Dalam wawancara yang penulis lakulan, mengapa saat ini kayu yang ia dagangkan mencapai pemasukan yang sangat besar, dan mendapat kepercayaan begitu mendalam?

Ia kemudian bercerita secara panjang lebar;

"Pengelolaan kayu yang saya lakukan benar-benar menggunakan cara dagang Rasulullah, yaitu mengutamakan kejujuran dan amanah. Dengan dua ruh modal usaha itu, saya tak takut harus bangkrut dan sepi pembeli, sebab para pembeli tak akan meninggalkan saya. Pesaing saya di sekitar toko ini, (seraya ia mununjukkan bebetapa toko kayu yang memang saling berdekatan) sudah menafsir bahwa jalan usaha saya tak akan berumur panjang. Dan pasti sebentar lagi akan bangkrut. Namun, Allah masih tetap memelihara saya dari hal itu. Bahkan, sejak usaha bersama itu saya lakukan, saya sudah punya mobil kecil sebagai hasil murni saya (sambil menyebut nama dan merk mobil yang harganya di atas 400 jutaa). "Saya berusaha berdagang sambil menolong. Ini kunci sukses dagang ala Rasulullah SAW. Ustad tahu sendiri, menyebut penulis dengan kata ustad, setiap pembeli dan sopirnya saya suruh makan secara gratis di warung makan (Roni menunjuk warung makan tak jauh dari toko kayunya). Mengapa? Sebab mereka pasti lapar dan haus dari perjalanan jauh. Ini bentuk sedekah saya pada kelas miskin, yang semoga Allah menerimanya. "Tak mudah bersaing dengan pedagang lainnya secara baik-baik. Saya sering mandapat tuduhan 'ARAJA' sebuah kata yang merujuk kepada pesugihan yang orangnya dilaknat oleh Allah SWT. Saya pun diramal makan segera bangkrut karena taknik dagang saya, menurut mereka, tak masuk di akal. Saya hanya yakin saja, jika Allah SWT menolong saya, saya akan tetap tertolong. Dan jika Allah membangkrutkan saya, saya akan segera bangkrut. "Seringkali, toko itu (lalu ia menunjuk toko sejenis di sebelah barat tokonya sendiri) si empunya marah-marah, bahkan nantang carok, sebuah duil khas orang madura. Penyebabnya, pelanggan itu itu sudah beralih menjadi pelanggan Roni. Bahkan, si anuh (ia menyebut nama pesaingnya), sering mengaku bernama Roni. Tujuannya, agar calon pembeli merasa yakin bahwa si anu benar-benar Roni. Tapi, cara itu tak sanggup mengalihkan pembeli agar tetap beli kayu si anu. "Para ustad, sebaiknya punya pendapatan lain dari hanya honor mengajar. Ingatlah, bahwa nabi kita adalah pedagang. Abu Bakar, Umar, Usma, Ali, Dan sebagian besar sahabat adalah pedagang. Ingat juga, bahwa imam Hanafi, Maliki dan ulama-ulama terdahulu mempunyai kasab dari berdagang."

SEKARANG, dengan pendapatan seperti, wajar jika #Haji_Taufik_Kemisan pun menerima pesanan kayu darinya. Sungguh pedagang muda yang fantastis.

Demikian kisahnya. Semoga menginspirasi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap

08 Dec
Balas



search

New Post